Halo, Sobat Studiehus!
Hari ini kita akan membahas kelanjutan perjalanan penelitian Avosteen, skincare alami berbahan dasar kulit manggis dan biji alpukat. Dengan menggunakan metode eksperimen sederhana, penelitian ini dirancang untuk menguji penerimaan produk melalui uji organoleptik, yakni mengamati respons pengguna terhadap tekstur, aroma, warna, dan kenyamanan produk. Mari kita rinci lebih lanjut, khususnya pada metode eksperimen yang digunakan!
Mengapa Metode Eksperimen Sederhana?
Metode eksperimen sederhana sangat cocok untuk penelitian produk skincare seperti Avosteen, karena memungkinkan kita memfokuskan variabel-variabel utama tanpa menggunakan alat laboratorium yang kompleks. Di sini, fokus utamanya adalah uji organoleptik pada manusia, yang memberi penilaian langsung dari aspek-aspek yang penting bagi pengalaman pengguna.
Variabel dalam Penelitian Avosteen
Pada metode eksperimen sederhana ini, variabel-variabel yang terlibat dibagi menjadi beberapa bagian:
- Variabel Bebas (Independent Variable) : Formulasi Avosteen yang mengandung ekstrak kulit manggis dan biji alpukat. Penelitian ini memanipulasi bahan utama yang digunakan untuk melihat bagaimana setiap perubahan formulasi memengaruhi penerimaan produk dari pengguna.
- Variabel Terikat (Dependent Variable) : Respons pengguna terhadap produk yang diukur dari aspek-aspek organoleptik, yaitu tekstur, aroma, warna, dan kenyamanan di kulit. Variabel terikat ini menjadi indikator utama untuk menentukan apakah formulasi produk sudah sesuai dengan preferensi pengguna.
- Variabel Kendali (Control Variables) : Konsistensi bahan tambahan seperti lidah buaya sebagai pelembap alami dan stabilitas pH formulasi. Dengan menjaga komponen-komponen ini tetap konstan, hasil penelitian menjadi lebih akurat dan tidak terpengaruh faktor eksternal yang dapat mengubah persepsi pengguna.
Tahapan Penelitian Avosteen dengan Metode Eksperimen Sederhana
Untuk memudahkan Sobat Studiehus, berikut adalah tabel alur penelitian Avosteen menggunakan metode eksperimen sederhana berbentuk diagram alir
Gambar. Diagram Alir Penelitian |
Tabel 1. Tabel Tahapan penelitian
Hasil Uji Organoleptik Avosteen
Sebagai uji awal, Avosteen diuji pada 30 responden usia 12-20 tahun untuk melihat tanggapan mereka dari aspek tekstur, aroma, warna, dan kenyamanan di kulit. Berikut hasil pengamatannya:
Tabel 2. Hasil Uji Organoleptik
Dari tabel di atas, Sobat Studiehus bisa melihat bahwa mayoritas responden menyukai tekstur dan kenyamanan produk, dengan skor di atas 4. Meskipun aroma produk mendapat penilaian netral dari beberapa responden, secara keseluruhan produk ini disukai.
Kesimpulan
Uji organoleptik ini menunjukkan bahwa Avosteen sebagai skincare alami diterima cukup baik oleh pengguna. Respon positif terhadap tekstur dan kenyamanan produk mengindikasikan formulasi ini memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Dengan sedikit peningkatan, terutama pada aroma, Avosteen dapat menjadi skincare yang memenuhi kebutuhan akan produk alami yang aman dan nyaman.
Hasil Uji Organoleptik Berdasarkan Konsentrasi Bahan
Sebanyak 30 responden terlibat dalam uji organoleptik ini. Mereka memberikan penilaian pada skala 1-5 (1 = sangat tidak disukai, 5 = sangat disukai) untuk setiap variasi konsentrasi bahan baku. Hasil rinci dapat dilihat pada tabel di bawah:
Tabel 3. Hasil uji organoleptik dengan perbedaan konsentrasi bahan
Analisis Hasil Uji Organoleptik
- Konsentrasi 2:1 (Kulit Manggis : Biji Alpukat), Konsentrasi ini memiliki skor terbaik untuk kenyamanan di kulit (4.3) dan warna (4.2), menandakan bahwa komposisi dengan proporsi lebih banyak kulit manggis cocok untuk tekstur lembut dan tampilan yang menarik. Namun, aroma pada konsentrasi ini memperoleh skor lebih rendah (3.6), mungkin karena aroma kulit manggis yang lebih dominan.
- Konsentrasi 1:1 (Kulit Manggis : Biji Alpukat), Kombinasi seimbang antara kulit manggis dan biji alpukat memberikan hasil yang stabil, dengan skor rata-rata tinggi pada kenyamanan di kulit (4.2) dan tekstur (4.0). Responden umumnya memberikan nilai cukup baik untuk aroma (3.8), menunjukkan bahwa konsentrasi seimbang ini dapat menghasilkan aroma yang cukup disukai tanpa komponen bahan yang terlalu dominan.
- Konsentrasi 1:2 (Kulit Manggis : Biji Alpukat), Pada konsentrasi ini, biji alpukat lebih dominan dibanding kulit manggis. Aroma mendapat nilai tertinggi (4.0), mengindikasikan bahwa sebagian besar responden menyukai aroma dengan proporsi alpukat yang lebih tinggi. Namun, skor tekstur dan warna sedikit lebih rendah (3.9 dan 3.7), yang mungkin menunjukkan bahwa dominasi alpukat mempengaruhi kelembutan dan daya tarik visual produk.
Kesimpulan
Hasil ini menunjukkan bahwa konsentrasi 2:1 (kulit manggis : biji alpukat) paling disukai untuk kenyamanan di kulit dan warna, menjadikannya pilihan ideal bagi pengguna yang mencari produk skincare dengan tampilan menarik dan nyaman di kulit. Di sisi lain, konsentrasi 1:2 menawarkan aroma yang lebih disukai, menjadikannya opsi yang baik jika preferensi aroma lebih diutamakan. Kombinasi 1:1 menawarkan keseimbangan antara semua aspek, menjadikannya pilihan formulasi yang serbaguna dan diminati oleh berbagai kelompok pengguna.
Dengan analisis ini, Avosteen memiliki dasar kuat untuk menentukan formulasi produk yang paling disukai pengguna, sambil tetap memperhatikan variasi preferensi agar produk dapat diterima luas.
Penelitian sederhana seperti ini bisa banget jadi inspirasi Sobat Studiehus yang ingin mengembangkan produk ramah lingkungan. Siapa tahu, dari hasil kecil ini, kalian juga bisa menciptakan inovasi skincare yang bermanfaat!
Salam My Studiehus
Belajar dari hati, Berkarya dengan cinta